The Most Decisive Battle
Majalahdrise.com Ngomong-ngomong soal perang dahsyat, mungkin
yang terpikir adalah perang-perang yang terkenal seperti Battle of Thermopylae, antara Leonidas dari Sparta melawan Xerxes
penguasa Persia, yang dikemas secara hiperbolis dalam film 300. Mungkin juga perang
saudara antara pasukan Amerika Serikat melawan Konfederasi Amerika alias American Civil War. Atau yang paling terkenal Perang Dunia II.
Wajar kalau perang-perang tersebut lebih
dikenal, saking seringnya difilmkan dan diangkat oleh berbagai media. Akan tetapi
yang mengabadikan peperangan kaum muslimin jumlahnya dapat dihitung dengan jari.
Bahkan kalau dicari di google dengan keyword “the greatest battle”, atau “top
ten war in history”, dll, sedikit sekali yang objektif dengan memasukkan
peperangan kaum muslimin dalam daftar mereka. Padahal, banyak diantara
peperangan yang dilakukan umat Islam itu dinilai sebagai salah satu pertempuran
yang sangat berpengaruh dalam menentukan masa depan dunia.
Salah satu perang yang dianggap sangat menentukan
alur sejarah peradaban dunia adalah perang Yarmuk (Battle of Hieromyax). Perang diakui oleh sejarawan Barat sebagai
perang yang paling gemilang dalam sejarah. Bayangin aja, pasukan yang jauh lebih kecil jumlahnya mampu membabat habis pasukan lawan yang jumlahnya jauh lebih besar melalui
taktik dan strategi perang yang brilian. Mancabs!
Kemenangan Islam dalam perang Yarmuk juga
semakin mengukuhkan prestasi sang Jendral, Khalid bin Walid, sebagai salah satu
komandan kavaleri dan panglima perang terbaik sepanjang sejarah. Tak heran jika
Erwin Rommel, komandan kavaleri Jerman dalam Perang Dunia II yang terkenal
dengan Blitzkrieg (perang kilat) di Eropa, rupanya terinspirasi
dari elite mobile guard-nya Khalid
bin Walid. Dalam perang Yarmuk pun, pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid
bin Walid memegang kunci kemenangan.
Dalam Perang
Yarmuk, Daulah Islam yang
dipimpin Khalifah Umar bin Khattab melawan Kekaisaran Bizantium yang dipimpin
oleh Heraklius. Perang ini terjadi selama 6 hari penuh, tepatnya pada 15-20
Agustus 636 M, empat tahun setelah Rasulullah SAW mangkat. Medan pertempuran
terletak di dataran Yarmuk, sebelah timur laut Galilee, 65 km dari dataran
tinggi Golan. Perang ini dianggap sebagai perang yang sangat penting karena
menandakan gelombang besar pertama penaklukan dan penyebaran Islam ke
wilayah-wilayah di luar Jazirah Arab.
Ahli sejarah
kemiliteran abad pertengahan asal Inggris, David Nicolle, dalam buku Yarmuk 636 A.D.: The Muslim Conquest of Syria, menjelaskan
bahwa perang Yarmuk
adalah turning point (titik balik) sejarah. Seandainya Bizantium yang
menang, maka dominasi dan pengaruh peradaban Yunani-Romawi akan terus berlanjut
di wilayah Timur Tengah, dan antara kontak bangsa Eropa dengan bangsa Asia
Timur –yang dibuka oleh peradaban Islam- akan tertunda.
Seandainya pasukan Muslim kalah di Yarmuk, penaklukan
kaum Muslimin ke Mesir dan Palestina akan tertahan, bahkan mungkin tidak akan
terjadi untuk jangka waktu yang lama. Kekalahan di perang Yarmuk juga akan
mempengaruhi kekuatan kaum Muslimin dalam perang Qadisiyah, yang terjadi tiga
bulan setelah perang Yarmuk. Atau malah perang Qadisiyah tidak terjadi sama
sekali. Seandainya dalam perang Qadisiyah pasukan Islam dikalahkan juga, maka Islam
tidak akan menyebar ke wilayah Mesopotamia dengan mulus. Akibatnya agama Islam
akan tertahan di wilayah Arab untuk sementara.
Padahal, setiap penyebaran Islam melalui penaklukan yang dilakukan kaum Muslimin
selalu diikuti dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Catatan
sejarah menunjukkan setiap daerah yang ditaklukkan Daulah Islam berkembang
dengan sangat cepat, bahkan beberapa diantaranya menjadi mercusuar peradaban
dunia, seperti Cordova dan Baghdad. Kalo saja penyebaran Islam
tertahan di wilayah Arab, bisa-bisa
wilayah di luar jazirah Arab masih zamannya Flinstone sampe sekarang. Makanya,
jangan parno dulu dengan kata jihad karena sesungguhnya penaklukkan yang
dilakukan oleh Khilafah kelak semata-mata untuk kebaikan masyarakat dunia.
Catet tu![Ishaak]
BOX:
Lima Banding Satu
Perang Yarmuk
menunjukkan bahwa jumlah pasukan tidak menjamin kemenangan dalam sebuah
pertempuran. Jumlah pasukan Islam saat itu sekitar 24.000 – 40.000 orang,
sementara pasukan Bizantium berjumlah sekitar 100.000 – 400.000 orang, yang
terdiri dari gabungan tentara Bizantium, dan orang-orang Armenia, Slavia,
Franks, Georgia, dan Kristen Arab Ghassan. Akan tetapi berkat strategi perang
yang brilian, perjuangan yang gigih, serta pertolongan dari Allah SWT, pasukan
Islam yang berjumlah jauh lebih sedikit itu mampu memporakporandakan pasukan
Bizantium.
Perkiraan modern
menyebutkan bahwa pasukan Bizantium yang binasa mencapai 45%, sementara pasukan
Islam hanya kehilangan 4000 mujahidin saja. Dengan kemenangan dalam perang ini
wilayah Palestina, Suriah dan Mesopotamia akhirnya dikuasai oleh Kekhalifahan
Islam, yang mengawali penyebaran Islam ke seluruh dunia.[]
Tidak ada komentar