Jadi Ummi Sejak Dini
Interupsi!!!!
Ibu, Sekolah Pertama Nggak
salah nih ???? Ihh, kaya nggak ada topik
lain deh. Boro-boro jadi Ummi. Jadi anak
yang benar aja udah sukur. Mungkin
D'RISEr penikmat girly ada yang komplain
seperti ini. Hemm, umur kita yang masih
seumur jagung plus rutinitas yang nggak
ada nuansa ”ibu-ibu”-nya sering jadi
alasan kenapa banyak remaji alergi untuk
belajar jadi ummi sejak dini.
Eits, kayanya pikiran kaya gini udah jadul banget deh. Justru karena sekarang kita masih muda, inilah masa yang strategis untuk mempersiapkan diri. Entar kalo keburu 'tekdung' alias perut udah diisi calon bayi, persiapan jadi ummi as known as ibu yang baek bisa keteteran. Betul ?? yuuukkk.... Ngomong-ngomong soal ibu, saya jadi keinget acara edukatif ”The Super Nanny”. Acara itu jadi cerminan nyata susahnya ngurus anak. Yang namanya anak, variatif banget tingkahnya. Ada yang over lincah, suka ngoceh, dan ada juga yang menunjukkan sifat sebaliknya. Misalnya, si anak pemalu.
Nah loh, mau digimanain
tuh ? Melalui acara ini saya juga
merenung bahwa jadi ortu emang nggak
gampang. Bukan suatu hal yang mustahil
kalo anak merupakan copy-paste dari orangtuanya. Baik tingkah laku, cara berbicara, cara jalan termasuk pula perihal agama. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Tidaklah anak yang dilahirkan itu melainkan lahir dengan membawa fitrah. Maka orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” Dan jika dilihat lebih dalam, seorang anak acapkali mendapat pengaruh besar dari ibu sebagai figur yang perdana dan intensitasnya cukup tinggi dibanding sang ayah. Maka benarlah,
ibu merupakan sekolah pertama dan utama bagi anak.
Keteladanan penting banget loh dalam ngedidik anak. Nggak boleh ngasal! Bisa berabe. Bo'ong kecil-kecilan juga dilarang ama rasul. Karena kebohongan jenis apapun berpengaruh ke jiwa anak. Ingat kawan! Kepercayaan itu mahal! Abdullah Ibnu 'Amir
bercerita, bahwa pada suatu hari, saat
Rasulullah berada di rumahnya, ibunya
memanggil, ”Kemari! Saya ingin
memberimu”. ”Apa yang akan kamu berikan”
tanya Nabi. ”Saya akan memberinya kurma”
jawab Ibu Abdullah. Nabi
bersabda,”Ingat! Jika ternyata kamu
tidak memberinya apa-apa maka kamu akan tercatat sebagai pembohong.” (HR. Abu Dawud) Subhanallah,
demikianlah Islam mengatur. Benar-benar
komplit.
Biar kata Rasul nggak pernah wisuda sarjana, tapi emang dasar lulusan 'universitas langit', perilaku Rasul jempolan euy. Termasuk dalam mendidik anak. Top! Rasul Top bangeeeetttt! Bukan Sembarang Ibu, Bukan
Sembarang Perempuan Lihat deh rutinitas
ibu kita di rumah. Ya nyuci, ya masak,
beres-beres rumah, ngelonin adik,
ngelonin ayah (ups!), termasuk ngelonin kita juga, semua dikerjakan sepenuh jiwa. Nahhh....
itu dia! Yup! Jiwa!
Pembokat atau baby sitter belum tentu punya 'jiwa' yang sama dengan jiwa
seorang istri dan ibu sebagai manager
rumah tanggak. Ketika seorang istri
memasak, disana ada pahala. Sungguh,
pahala istri yang mengurus rumah tanggak
dengan ikhlas serta penuh cinta akan
diganjar dengan pahala gede-gedean. Seorang shahabiyah bernama Asma' binti Yazid mewakili para perempuan menghadap kepada Rasulullah untuk suatu urusan.
Asma bertanya: ”Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Allah telah
mengutus engkau kepada kaum lelaki dan perempuan.
Kami pun beriman dan mengikuti engkau.
Sedangkan kami, khususnya golongan perempuan,
banyak kekurangan. Hanya menjadi penunggu
rumah. Sedangkan kaum lelaki diberi kelebihan
dengan shalat berjamaah, menghadiri kematian
dan berjihad. Apakah jika mereka keluar untuk
berjihad dan kami menjaga harta dan mendidik
anak-anak, mendapat pahala seperti mereka?”
Mendengar pertanyaan ini, Rasul pun berkata:
”Wahai Asma, pulanglah kamu dan katakan kepada para wanita di belakangmu, sesungguhnya pelayanan seorang istri yang baik
kepada suaminya, usahanya untuk menyenangkan hati suami dan mengikuti apa yang diinginkannya, pahalanya berbanding dengan semua yang kamu sebut tadi” (HR. Muslim)
Tuh kan! kepengurusan seorang istri atas rumah tanggaknya merupakan aktivitas ibadah. Pahalanya sebanding ama lelaki yang berjihad membasmi gembong kekafiran. Menjadi istri dan ibu yang baik bagi keluarga memang perkara yang berat namun membawa keberkahan. Perlu tekad, sifat jiwa besar dan tentunya keikhlasan. Yuk, kita cicil usaha
kita untuk mewujudkan rumah tanggak
sakinah ala Rasulullah. Rumahku,
surgaku! Ademmm.... [Alga Biru]
Tidak ada komentar