Malangnya Kemi
Judul : KEMI cinta Kebebasan yang tersesat
Penulis : Adian Husaini
Penerbit : Gema Insani Press
Penerbit : Gema Insani Press
Tebal : 316 Halaman
Dimensi : 10 x 15 cm
Bravo, D’Rise seneng banget dengan
terbitnya novel pak Adian Husaini yang berjudul “Kemi” ini. Cocok banget kalo
D’Rise bilang bahwa novel ini sangat mencerahkan. Novel ini menunjukkan
sisi lain tulisan-tulisan Pak Adian
Husaini yang biasanya selalu diwarnai dengan tulisan ilmiah dan pemikiran. Kali
ini beliau menghadirkan cerita yang ringan dan mengalir walaupun tetap kental
dengan nuansa intelektualitas dan pemikiran Islam.
Judul yang diangkat unik banget, Kemi. Ternyata Kemi adalah nama
panggilan dari tokoh yang ada dalam novel ini, yang nama lengkapnya Ahmad
Sukaimi. Jalan cerita yang diangkat pun terbilang unik, bahkan belum pernah ada
dalam karya-karya fiksi sebelum ini lho. Berkisah tentang perjalanan Ahmad
Sukaimi, seorang santri yang cerdas dan bertakwa dari pesantren Minhajul Abidin
yang kemudian menyeberang ke barisan Islam Liberal dan menjadi aktivisnya.
Kemi menjadi salah satu tumpuan
pimpinan pesantren yaitu Kyai Rois. Ia diharapkan menjadi staf pengajar di
sana. Kemi bersahabat dengan Rahmat, seorang santri yang sama-sama cemerlang.
Tapi tiba-tiba Kemi mau meninggalkan pesantrennya dengan alasan mau kuliah di
Jakarta. Katanya dia tak mau seolah-olah seperti katak dalam tempurung, dia
ingin melihat dunia luar dan mencari ilmu dari sumber lain selain pesantren.
Dengan berat hati Kyai Rois mengijinkannya.
Akhirnya Kemi terpana dengan Islam
liberal dan bergabunglah dia dengan sebuah study club Islam liberal di
kampusnya (kalo di kehidupan nyata seperti JIL kali yah?). Rahmat mencium
gelagat mencurigakan bahwa Kemi telah terperosok pada pemikiran liberal itu. Kyai
Rois akhirnya menugaskan Rahmat untuk berangkat ke Jakarta demi menyelamatkan
Kemi. Apa sebenernya yang menyebabkan tiba-tiba Kemi ngebet mau ke Jakarta?
Bagaimana pergolakan pemikiran dan perdebatan-perdebatan yang terjadi antara
Rahmat dan para pemikir liberal? Wah
pokoknya seru deh, baca aja sendiri.
Sepanjang alur ceritanya Pak Adian
Husaini mengajak kita untuk menyelami diskusi-diskusi dan perdebatan-perdebatan
antara pemikiran “Islam Liberal” (yang diwakili oleh Kemi, Prof. Malikan, dll.)
dan pemikiran “Islam” (yang diwakili oleh Rahmat). Kita akan tahu betapa
dahsyatnya serangan pemikiran kufur yang dikemas dengan menarik hati, padahal
sejatinya busuk dan akan meracuni pemikiran dan akidah kita. Orang-orang
liberal itu pinter berargumentasi dan kalo kita nggak bener-bener memahami kerancuan
berpikir dan argumentasi mereka, pasti deh kita bakal kebawa sableng kaya’ si
Kemi. Di sinilah pentingnya kita mencari ilmu pada guru yang tepat dan berteman
dengan teman yang tepat. Nggak boleh sembarangan pilih temen dan pilih guru.
Alur ceritanya ringan dan enak
banget dibaca, tapi tetep nggak kehilangan aroma intelektualitas khas Pak Adian
Husaini. Di dalam novel ini ada nama-nama tokoh dan istilah-istilah yang
mungkin masih baru buat kawan-kawan, jangan ngeper dulu, justru hal ini harus
lebih memacu kita untuk menuntut ilmu lebih dalam lagi. So jangan sampe dilewatkan
ya, selamat membaca.[Isa]
di muat di majalah remaja islam drise edisi 10
Tidak ada komentar