RADIKAL TAPI GAK NGASAL
capek banget..! Asli Capek..!
Kalo D'RISE ngeliat keadaan di sekitar Ckita yang kian hari cuman makan hati. Bikin kepala pusing tujuh puluh keliling lapangan bola. Harga-harga melambung tinggi tak terkendali yang bikin
ortu kita pada gigit jari. Anehnya, pemerintah
malah nyantai ajah. Presiden bilang
bahwa kenaikan harga kebutuhan pokok itu
wajar, karena para petani juga pengen
dapet untung. Padahal boro-boro untung,
para petani juga malah keteteran dengan
naiknya harga kebutuhan pokok.
Nggak sebanding dengan pemasukan dari hasil tani. Dan jelas-jelas kenaikan harga bukan lantaran para petani ngejar untung, tapi akibat ulah pemerintah. Seperti diungkap pakar ekonomi, Ibu Hendri Saparini yang bilang kalo faktor penting melonjaknya segala harga itu adalah akibat dari dinaikkannya tarif dasar listrik (TDL). Tuh kan, kok bisa-bisa nyalahin para petani ya? Sikap ngawur presiden ternyata menular juga kepada jajaran menterinya. Saat harga cabe naik ke angka 48 ribu Rupiah sekilo, Menko Perekonomian Hatta Rajasa malah menyuruh rakyat agar sementara berhenti makan cabe.
“Saya saja hari ini tidak makan cabe. Coba kalau semua bersama-sama selama seminggu berhenti makan cabe, nanti restoran lama-lama
akan mengurangi pesanan cabenya.”
Lain Menko Perekonomian, lain lagi sama Menteri Pertanian, Suswono. Dia ngasih saran agar seminggu sekali rakyat jangan makan nasi, untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras. Nggak sekalian pak rakyat disuruh pada mati aja. Biar nggak pusing mikirin kenaikan harga BBM, beras, atau cabe. Dan pemerintah juga nggak kalang kabut ngurus rakyatnya.
Hmm…pejabat yang
aneh. Kacrut! Pantesan aja negeri kita
jadi kacau-beliau begini, lha wong pemerintahnya aja pada
ngawur. Pejabat pemerintah sih enteng
aja bilang wajar kenaikan harga kebutuhan
pokok karena nggak ngalamin pola makan
Senen-Kemis (bukan puasa senen-kemis
lho) seperti yang dirasain rakyatnya.
Sialnya, pemerintah doyan banget nambah
hutang luar negeri berbalut riba. Bank
Indonesia (BI) mengatakan bahwa utang
luar negeri Indonesia per Maret 2010
mencapai 180,7 miliar dolar AS. Utang
pemerintah bertambah Rp 65,53 triliun
menjadi Rp1.654,19 triliun pada periode
Januari-Agustus 2010.
Padahal jelas-jelas jeratan hutang bikin ekonomi negeri kita carut-marut
dan harga diri kita diinjak-injak. Yup, jumlah hutang pemerintah di atas jauh lebih besar dari total nilai Anggaran Pendapatan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2010 yang diproyeksikan sebesar Rp 1.123 triliun. Itu berarti, pemerintah bakal bikin ulah lagi untuk ngurangin subsidi bagi rakyatnya di semua bidang. Mulai dari BBM, Listrik, Kesehatan, Pendidikan, Pupuk, de el el.
Masih mending kalo
pinjaman uang di atas dipake buat ngurus
rakyat kecil, kenyataannya dikucurkan
untuk 'rakyat besar' para kapital
pemilik modal. Buat rakyat kecil kok
kayaknya pelit amat, tapi buat
konglomerat royalnya minta ampun. Mungkin
ini gambaran amburadulnya negara
democrazy. Suara pemilu diambil DARI
'RAKYAT kecil', urusan negara dipegang
OLEH 'RAKYAT menengah', UNTUK
kepentingan 'RAKYAT BESAR'. Karena kita selaku remaja bagian dari umat, mau nggak mau mesti peduli juga dengan keadaan negeri kita yang bobrok markobrok (maksain banget nih..). Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang (bangun) pagi-pagi sementara dia tidak memikirkan (mempedulikan) urusan
Kikis Habis Sikap Apatis
kaum Muslim, maka ia tidak termasuk ke dalam golongan mereka (umat Islam).” (HR. Hakim)
Meski rasul udah ngingetin dalam sabda di atas, nggak semua remaja muslim ngasih respon positif. Ada yang bersikap apatis alias ketidakpedulian terhadap permasalah-permasalahan lingkungan sekitarnya.. Biasanya yang model begini muncul dari kalangan keluarga the have yang harmonis. Mereka berkecukupan segalanya dan biasanya study oriented banget. Isi pikirannya cuman sekolah, belajar, les, sekolah, belajar, les, gitu-gitu doang. Selesai sekolah mereka bakal kuliah di Perguruan Tinggi bonafid, udah lulus trus kerja dengan jabatan menawan. Kemudian menikah setelah kebelet kawin, trus punya anak, tua, dan mati.
Hidup yang membosankan dan gampang ditebak. Persis kaya pola hidup panda atau kucing. Sikap apatis juga ditunjukkin oleh remaja yang jadi aktivis budaya hedonis. Hidup mereka banyak dipake buat seru-seruan cari kesenangan. Mereka lebih suka lari dari masalah-masalah
yang membelitnya. Mereka cuman mau
ngebahas hal-hal ringan semacam musik,
life style, tempat nongkrong, modiv
motor, ato mobil, film, HP keluaran
terbaru, dll.
Mereka ogah-ogahan
kalo harus ngasih ngasih perhatian lebih
untuk masalah umat. Sialnya, remaja yang memelihara sikap apatis malah banyak yang jadi bagian dari masalah umat. Yang ada di kepalanya cuman food, fun, and fashion. Karena hanya mengejar kesenangan dunia, tak sedikit yang terseret arus gaya hidup seks bebas. Bahkan ada yang menjadikan seks bebas sebagai alat untuk mencar keuntungan
demi membiayai gaya hidup berat diongkos
mereka dengan menjadi PSK. Data
statistik yang beredar tentang hal ini
udah bener-bener memprihatinkan.
Data yang dikeluarkan
LSM Cemara menyebutkan bahwa dari 200
PSK yang ditangani ternyata 20 orang diantaranya adalah pelajar SMA aktif. Mereka tersebar di sekolah-sekolah di Bandung. Ternyata yang jadi PSK bukan cuman pelajar SMA lho, pelajar SMP juga nggak mau ketinggalan jadi PSK. Hal ini diungkapkan oleh Project Officer Save The Children Jabar, Eko Kriswanto. Ia menambahkan bahwa ada pelajar yang cukup dibayar sama pulsa.
Alamak. Selain itu banyak juga yang lari ke pelukan narkoba. Menurut data dari BNN adase kitar 3,6 juta pengguna narkoba, dan 900 ribu diantaranya adalah pecandu. Walah kacau banget. Remaja apatis nggak terlalu peduli dengan urusan umat. Paling hebat ikut aksi galang donasi untuk umat Islam di belahan dunia lain.
Itu juga kalo ada
yang ngajak dan lagi tren. Sorry nih,
bukannya nuduh cuman ngasih fakta doang.
Duh, jangan sampe deh jadi remaja
apatis. Minim kepekaan sosial dan cenderung steril dari sikap empati kepada sesama. Jangan-jangan hatinya terbuat dari batu. Atau malah gak punya hati dan perasaan. Iih…emangnya tiang listrik! Jadilah Seorang
Aktivis Alhamdulillaaah….ternyata masih ada
anak muda yang kritis, dan peduli dengan
keadaan rusak di sekitar mereka.
Kelompok anak muda model begini memiliki
kepekaan dan rasa memiliki terhadap
lingkungan sekitar serta mayarakat yang
sedang dirundung masalah sehingga membangkitkan sikap kritisnya.
Kemudian bergabunglah mereka dengan berbagai gerakan atau organisasi yang memperjuangkan nasib rakyat. Insting kepemimpinan dan kepahlawanan mereka terasah di sana dan mereka terus bergerak untuk menyerukan perlawanan serta perubahan. Ada yang bergabung dengan gerakan mahasiswa di kampusnya atau organisasi mahasiswa nasional lintas kampus. Mereka aktif turun ke jalan untuk menyuarakan pendapatnya.
Nggak cuman di ibukota,
di daerah-daerah juga suara protes
mahasiswa lumayan lantang terdengar.
Kebijakan pemerintah yang tak berpihak
pada rakyat kecil, jadi sasaran empuk
kaum intelektual muda untuk dikritik.
Mulai dari kenaikan BBM atau Tarif Dasar
Listrik, konversi minyak tanah ke gas
yang kian banyak makan korban, hingga respon pemerintah yang lambreta terhadap korban bencana. Nggak ketinggalan kebijakan rektor yang dianggap merugikan mayoritas mahasiswa juga ikut diangkat sebagai tema aksi. Namun sayangnya, semangat temen-temen mahasiswa dalam menyampaikan nada protes seringkali berujung bentrok fisik dengan aparat.
Seolah kisruh sudah menjadi bagian dalam setiap aksi mahasiswa. Padahal boleh jadi kerusuhan dalam aksi mahasiswa adalah puncak dari kekecewaan terhadap respon pemerintah yang menganggap angin lalu suara mereka. Atau mungkin peserta aksinya juga terlalu emosional sehingga mudah terprovokasi oleh oknum mahasiswa yang pengen ada kerushan dalam aksinya biar rame dan diliput oleh media. Hati-hati tuh! Ada
juga yang bergabung dengan gerakan-gerakan
dakwah.
Mereka mengkaji Islam
dan bersama-sama dengan teman-temannya
terus menempa diri dengan pemikiran Islam. Nggak berhenti sampe di sana, mereka pun berdakwah kepada teman-teman mereka untuk turut belajar Islam dan mengamalkannya. Sekaligus menyerukan kepada masyarakat untuk kembali menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyah. Aktivitas mereka murni hanya akivitas pemikiran, tanpa menggunakan cara-cara fisik sedikitpun. Mereka dilatih untuk bersikap kritis dalam merespon berbagai problematika umat lho.
Nah, ini baru aktivis yang pantas ditiru. Mereka emang radikal tapi keradikalannya itu dibingkai dengan pemikiran Islam yang santun dan beradab. Dengan kata lain Radikal tapi nggak ngasal![Isa
Tidak ada komentar