DRISE EDISI 15 : PEMUDA ANTARA SUMPAH DAN SAMPAH
Demikianlah isu sebuah pamflet yang dibuat oleh Hendrikus (Hendrik) Colijn (22 Juni 1869 – 18 September 1944). Seorang prajurit, pebisnis, dan politikus Belanda yang berhasil mematahkan perlawanan rakyat aceh (waktu itu jadi letnan nya gubernur jendral hindia belanda si J.B. van Heutsz). Gara-gara isi pamflet ini, para pemuda Indonesia waktu itu jadi sewot dan pengen buktiin kalo kesatuan Indonesia bukan pepesan kosong.
Mereka pun bergerak untuk
menyatukan gerakan-gerakan pemuda
kedaerahan yang kemudian menjadi
cikal bakal proses lahirnya soempah pemoeda. Pemuda Islam dan Sumpah Pemuda Sumpah Pemuda
yang dihasilkan dari Kongres Pemuda II
yang diselenggarakan pada 28 Oktober
1928 sebenernya diinspirasikan dan
dihasilkan dari kerja keras para pemuda
Islam yang sangat mencita-citakan
kemerdekaan negeri ini, bukan dari
kiprah Jong Java.
Jong Java sendiri
adalah organisasi pemuda yang bernaung
di bawah Boedi Oetomo (BO), yang sama
sekali nggak pernah mencita-citakan kemerdekaan negeri ini. Mereka keukeuh dengan kefanatikan suku jawa (jawanisme) yang sempit dan terbatas, serta nggak memperbolehkan mereka yang bukan orang jawa untuk gabung bareng mereka. Primordialis banget kan?. R.
Sjamsoeridjal, ketua Jong Islamieten
Bond, awalnya adalah anggota Jong Java.
Dia keluar dari Jong Java karena menyadari bahwa Jong Java nggak ada bedanya sama BO yang menjadi induk semangnya. Selain itu dia dinasehati oleh H. Agus Salim agar hengkang saja dari Jong Java. Akhirnya dia mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) pada tanggal 1 Januari 1925. JIB, dengan inspirasi dari Islam, mencita-citakan pembebasan negeri ini dari penjajahan. JIB kemudian mendorong berdirinya Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan para mahasiswa Rechtshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) dan Technischehoogeschool (Sekolah Tinggi Teknik) yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Penyelenggaraan Kongres Pemuda I pada tanggal 2 Mei 1926 didahului oleh Kongres Jong Islamieten Bond di Jogjakarta pada bulan Desember 1925. Saat itu Jong Islamieten Bond memiliki anggota 1000 orang di 7 cabang. Jumlah anggota sebanyak ini merupakan jumlah yang fantastis pada masanya. Selanjutnya diadakan kongres kedua di Surakarta pada tanggal 24 – 26 Desember 1926. Hasil-hasil kongres JIB yang mencita-citakan kemerdekaan negeri ini ternyata mendapatkan tentangan yang sangat keras dari BO.
Penentangan itu disuarakan pada kongres BO di Surakarta pada tanggal 6 – 9 April 1928. Tuh kan sebenernya mereka antek penjajah. Jong Java tetap menginduk kepada BO, yang mencita-citakan pengembangan bahasa Jawa, kesenian Jawa, dan agama Jawa, dalam lingkup Jawa Raya. Untuk menandingi tantangan Kongres BO itu, 7 bulan kemudian, PPPI segera mengadakan Kongres Pemuda II, pada tanggal 28 Oktober 1928 di Kramat Raya 106 Jakarta.
Kongres itu dipimpin oleh
Soegondo Djojopoespito dari PPPI.
Pada hari kedua kongres ini lahirlah
Sumpah Pemuda yang rumusannya ditulis
oleh Mohammad Yamin di sebuah kertas saat mendengarkan pidato dari Mr Sunario pada hari terakhir kongres. Inti dari isi Sumpah Pemuda itu adalah Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Inilah yang selalu menjiwai pemuda-pemudi Indonesia dalam merebut dan mempertahankan serta mengisi kemerdekaan Indonesia.
Driser, kaum muda pada masa itu begitu antusias dan sangat bergembira dengan berbagai aktivitas yang bertujuan dalam membangkitkan bangsanya. Mereka terus berjuang tanpa kenal lelah. Berbagai gerakan dan organisasi pemuda yang dengan semangat menyuarakan kemerdekaan negeri ini dan perlawanan terhadap penjajahan negara kolonial bermekaran. Ada Hizbullah, Hizbul Wathon, dan para santri muda yang berjuang bersama guru-gurunya.
Beberapa tokoh muda
yang turut aktif dalam perjuangan penyadaran
rakyat akan kemerdekaan antara lain:
Umar Said Cokroaminoto, H. Agus Salim,
Abdul Muis, Ir. Soekarno, Dr. Soekiman
Wirjosandjojo, dll. Hedonisme:
Melahirkan 'Sampah' Pemuda Kalo kita bandingin antara gerakan pemuda jaman dulu dengan gerakan pemuda di jaman kita, yang ada cuma perasaan perih di hati, hiks...! Remaja sekarang sangat memprihatinkan. Jangankan diajak buat berjuang demi urusan umat yang lagi terpuruk, buat diajak mikir yang agak serius aja susahnya minta ampun.
Gaya hidup yang serba instant bikin otak remaja pada soak. Ada banyak komunitas
muda yang dibuat hanya berdasarkan
kesamaan kesenangan. Dengan kata lain,
gerakan itu dibuat dasarnya hanya untuk
bersenang senang belaka, nggak lebih. Ada komunitas pencinta drama Korea alias K'Lovers. Kerjaannya berburu berbagai pernak-pernik khas drama Korea, berbagi cerita soal drama Korea yang lagi “in”, berlomba dalam gaya dan gaul tentang drama Korea, dll. Ada komunitas pecinta Korea yang namanya Everlasting Friends (ELF) yang menggemari, ngikutin perkembangan album, dan nyontek abis sebuah boyband asal Korea, Super Junior (Suju). Ada juga gerakan Cosplay. Apaan tuh?
Cosplay adalah sebuah budaya pop asal Jepang tentang pemakaian berbagai kostum yang ada di kartun-kartun Jepang (anime). Ada juga berbagai perlombaan dan festivalnya juga lho. Dan budaya ini juga udah sampai di indonesia. Ada juga gerakan pecinta live action Jepang seperti Ksatria Baja Hitam (istilahnya tokusatsu). Dan semua gerakan ini dibentuk hanya karena satu tujuan, bersenang-senang. Gaya berpikir
hedonisme yang memuja kesenangan dunia
telah mendasari terbentuknya gerakan
atau komunitas-komunitas just for fun di dunia remaja.
Gaya hidup yang
maunya enak dan senang aja telah mengendalikan remaja, sehingga mereka membuat berbagai gerakan yang hanya membuang-buang energi untuk kegiatan yang minim manfaat bagi kebangkitan umat. Malah kadang-kadang perkumpulan ini bikin rusuh dan membahayakan. Beberapa waktu yang lalu, banyak berita tentang geng motor yang meresahkan masyarakat. Ada juga geng cewek yang kerjaannya mukulin anak cewek yang lain, namanya geng Nero. Perkumpulan-perkumpulan yang dibuat remaja sekarang notabene cuma bersifat hura-hura dan senang-senang aja. Sayang banget.
Kondisi di atas diperparah dengan semakin liarnya remaja dalam mengekspresikan jiwa mudanya. Survey Komnas Anak di 12 Propinsi menyatakan bahwa 93,7% dari 4500 remaja yang disurvey pernah bercumbu (petting). Sebanyak 62,7% remaja SMP udah nggak perawan, dan sebanyak 21,2% remaja SMA pernah melakukan aborsi. Tuh kan, miris banget. Ini semua adalah bukti betapa dilakukan Synovate Research disebutkan bahwa 44% remaja punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun.
Sebanyak 16% lainnya
menyatakan pengalaman seks mereka dapat
pada usia 13-16 tahun. Mengerikan. Kan
kalo kaya begini bisa-bisa remaja cuma
bakal jadi sampah alias jadi orang yang
nggak berguna bagi nusa bangsa dan agama. Harus Merubah,
Bukan Memperparah! Driser, PR besar
harus dipikul oleh generasi muda saat
ini, karena kemerdekaan yang diperingati
setiap tahun hanya sampai teks
proklamasi. Kenyatannya, hukum dan undang-undang penjajah
masih tetap bercokol di negri ini. Sehingga kekayaan alam milik rakyat malah dikuasai oleh para tuan menir baru (barat). Wjar jika Dr.Helfferick pernah mengatakan, bahwa kita ini adalah "eine nation kuli und kuli enter den
nationen" : bangsa kuli dan kulinya
bangsa lain. (Meutia hatta. 2008).
Udah waktunya para pemuda kembali mengambil
perannya sebagai pelopor kebangkitan umat. Sebuah kebangkitan yang lahir dari kesadaran pribadi, tanpa spekulasi coba sana-sini. Sebuah kebangkitan yang dibangun oleh landasan pemahaman yang benar, jeli, dan mampu memberikan solusi mendasar bagi permasalahan umat. Kita kudu nyadar dan terima dengan mata hati terbuka, bahwa tumpuan landasan kebangkitan satu-satunya
negri ini hanyalah pada Ideologi Islam,
setelah gagalnya sosialisme
(orde lama), juga kapitalisme (ordebaru sampai sekarang). Hanya aturan Islam yang berhasil bernegara
selama berabad-abad.
Seperti dituliskan T.W. Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam tentang warga
non-Muslim yang hidup di bawah pemerintahan Daulah
Utsmaniyah. Dia menyatakan, sekalipun jumlah orang Yunani lebih banyak dari jumlah orang Turki di berbagai provinsi Khilafah yang ada di bagian Eropa, toleransi keagamaan dan perlindungan jiwa dan harta yang mereka dapatkan membuat mereka mengakui kepemimpinan Sultan atas seluruh umat Kristen.
Itulah pengakuan yang
jujur dari orang-orang barat itu
sendiri. So, mari kita sama-sama ambil peran pemuda sebagai agent of change untuk kebangkitan umat. Caranya, kenali islam lebih dalam dengan ikut pengajian intensif dilanjutkan dengan aktif berdakwah pada masyarakat. Sehingga keberadaan kita di tengah umat adalah bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. Semangat!!![Ahmad Isa
Tidak ada komentar