Kala Wanita Bekerja
Kehadiran seorang wanita di tempat kerja selalu menyimpan banyak cerita. Ada perempuan yang dilarang bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit lantaran sehari-harinya konsisten pake kerudung dan menutup aurat sempurna. Ada juga perempuan yang getol bekerja meski harus menggadaikan harga dirinya.
Seperti yang sekarang
banyak ditemui. Coba deh perhatiin.
Sekarang ini, pesona perempuan dijadikan
aset komersil dan komoditi bisnis. Iklan
yang sering wara-wiri di jagat televisi selalu menampilkan perempuan berpakaian seksi dan mengumbar aurat sebagai daya tariknya. Padahal produknya nggak nyambung dengan dunia kaum hawa. Contohnya iklan mobil, oli pelumas, atau rokok. Saking banyaknya aurat yang diumbar, rasa malu semakin hilang dan dianggap biasa pada diri wanita.
Akhirnya melahirkan pemahaman: ”Ahhh, namanya juga bekerja. Gapapalah pake rok mini atau sedikit membuka dada. Ini kan mencari nafkah demi kebaikan keluarga”. Gubraks! Take
It Or Leave It! Bekerja di lingkungan sekuler kapitalis emang makan ati. Terutama bagi muslimah. Lantaran lingkungannya yang nggak Islami otomatis menetralisir nilai-nilai
Islami dalam kesehariannya. Padahal, sebagai seorang muslimah, tuntutan untuk stay tune dengan aturan hidup Islam nggak pandang tempat dan kondisi. Dimana saja, kapan saja, dan dalam kondisi gimana aja tetep harus nutup aurat, jaga pandangan, menghindari khalwat, dan jaga jarak dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Makanya penting banget bagi muslimah untuk pertimbangkan mateng-mateng
kalo mau kerja di sektor publik. Bukannya
melarang, cuman ngajak untuk berpikir
matang.
Resikonya nggak sedikit. Baik di tempat kerja maupun diluar tempat kerja. Bayangin aja, pertama kali wawancara muslimah mesti siap dengan perlakuan yang berbeda karena busana yang dikenakan. Antara yang sempurna menutup aurat dengan yang mengumbar aurat. Di tempat kerja, godaan dari lawan jenis sesama rekan yang terbiasa gaul bebas jadi hal biasa. Malah terkadang ada kondisi yang mengharuskan kerja berduaan dengan atasan. Hati-hati setan ngikut tuh!. Dalam perjalanan berangkat maupun pulang kerja, resiko pelecehan seksual pun mengintai para wanita pekerja di angkutan umum. Phew...! emang nggak gampang jadi wanita pekerja bagi muslimah yang coba istiqomah.
Lingkungan kerja yang sekuler kapitalis cuman minta muslimah memilih, Take it or Leave It. Kalo pekerjaannya mau diambil, harus ngikutin aturan mereka dengan resiko kehormatannya akan ternoda. Mulai dari cara berpakaian yang mengumbar aurat atau kalopun boleh menutup aurat diharuskan ngikutin tren sehingga kesempurnaannya pupus. Hingga interaksi dengan lawan jenis sesama rekan kerja atau atasan yang mesti fleksibel dan gak kaku-kaku amat. Belum lagi waktu dan perhatian yang harus diberikan pada pekerjaan kantor suka minta lebih.
Walhasil, kewajiban sebagai ibu bagi anak-anak dan istri
bagi suami sedikit terlalaikan. Take it
or Leave it? Wanita bekerja, bagaimana Islam memandang? Islam memiliki aturan super lengkap, mulai dari bangun tidur sampai bangun negara. Al-qur'an sebagai kitab suci yang agung memberikan rambu-rambu bagaimana seorang wanita mengarungi kehidupan. Allah swt berfirman: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)…….” (TQS. AnNisa: 34)
Dengan membaca ayat di atas, tampaklah jelas bahwa kewajiban mencari suami.
Ingat loh…. Wajib! Artinya jika seorang suami
mengabaikannya maka ia berdosa. Syaikh
Abdul Aziz Bin Baz mengatakan: “Islam tidak
melarang wanita untuk bekerja dan bisnis,
karena Alloh jalla wa'ala mensyariatkan dan
memerintahkan hambanya untuk bekerja dalam
firman-Nya. “Dan Katakanlah: "Bekerjalah
kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu
itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui akan yang ghaib
dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan” (TQS. At Taubah: 105)
Perintah ini bersifat umum baik pria maupun wanita. Namun khusus bagi wanita, tidak ada taklif (pembebanan) untuk menjalankannya. Artinya, seorang wanita boleh bekerja tetapi tidak wajib. Itu juga selama pekerjaan dan kondisi pekerjaan tersebut tidak keluar dari rel syari'at atau tidak memaksanya bermaksiat. Catet ya! Wallahu'alam~ [Alga Biru]
Tidak ada komentar