SALMAN ISKANDAR : Jadilah Penyeru Islam dengan Menulis
Penulis sudah jadi pilihan hidupnya. Sehingga tiada hari dilewatkan tanpa menulis dan membaca. Tak heran jika produktifitas Senior Editor (Supervisor Lini Remaja)
Penerbit Mizan ini seolah tak
terbendung. Karya tulisnya sudah banyak menghiasi
etalase toko buku. Dan Alhamdulillaah, Isa dari Drise berkesempatan ngobrol dengan salah
satu penulis ideologis, Salman Iskandar.
Lets cekidot!
Seberapa penting
menulis ?
Penting dunk. Apalagi bagi saya pribadi yang dah berazzam
bahwa menulis adalah bagian dari
aktualisasi diri ato wujud gharizah baqa saya sebagai manusia. Saya mo dikenal sebagai
penulis, bukan sebagai petinju, pegulat
ato yang lainnya. Jadi, ketika orang lain denger nama saya, dia pasti langsung tahu bahwa Salman Iskandar adalah
seorang penulis, bukan petinju, pegulat
ato yang lainnya. Apalagi, saya dah ngerasain gimana asyiknya menulis, dari mulai berpayah-payah
berburu referensi, bersuka ria menikmati
fee ato royalty hingga digadang-gadang oleh penerbit bak selebriti. Trus, saya juga suka inget dengan
generasi Islam dulu yang begitu antusias
menulis kitab hingga ngelupain kesenangan dunia. Mungkin, di antara D'Riser dah tahu Imam Bukhari yang
menyibukan diri menulis hadits shahih
dan menghimpunnya dalam satu kitab dengan mengabaikan keinginannya sendiri untuk menikah hingga
akhirnya tinta sejarah mencatat, Imam
Bukhari sampai akhir hayatnya tidak sempat menikah. Baginya, menghimpun hadits-hadits shahih yang
diperuntukan bagi umat, jauh lebih penting
daripada menikah yang hanya untuk kepentingan sendiri. Disinilah arti penting menulis bagi muhadits paling
otoritatif ini. Keren, kan?!
Apakah menulis bisa
jadi pegangan hidup?
Jelas sangat bisa, dah banyak kok, buktinya orang-orang
sukses yang hidup dari nulis. Di level
dunia, ada Dan Brown, JK Rowling, Aidh al-Qarni. Bahkan, tukang ngedongeng kek Walt Disney, HC
Andersen and tukang ngomik kek Stan Lee.
Mereka hidup survive dari nulis buku. Nah, untuk level Indonesia ada Habiburrahman el-Shirazy,
Andrea Hirata, Asma Nadia, A. Fuady,
Tasaro GK. Bahkan, yang suka ngebanyol kek Raditya Dika ato Pidie Baiq, buku-buku mereka bisa
nembus penjualan best seller. Jadi, dari
nulis buku, kita bisa dapet penghasilan. Nah, kalo diseriusi, pasti jadi sarana kita meraih rizki
dari Allah Swt. Kalo, bahasa kerennya
adalah kasbul ma'isyah. Termasuk bagi founding father negeri ini, Bung Karno sebelum jadi RI-1 menjadikan
nulis sebagai upayanya menghidupi
keluarga karena BK gak mo kerja di perusahaan milik pemerintah kolonial. Bahkan, dari nulis, para penulis sukses itu
gak sekadar mendapatkan pegangan hidup,
tapi malah semangat menjalani kehidupan lebih baik. Mo bukti? JK Rowling saat nulis serial Harry
Potter yang ngeraih predikat mega best
seller di seluruh dunia itu, ia tulis saat masa depresi karena gak punya kerjaan. Ato mo bukti yang lebih keren, Aidh
al-Qarni nulis La Tahzan saat di jeruji
besi, Buya Hamka nulis Tafsir al-Azhar saat dibui, Bung Karno nulis Indonesia Menggugat saat mendekam di Penjara
Banceuy, Sayyid Quthub nulis Fi Zhilal
lil Qur'an saat di penjara juga. Nulis telah jadi sarana perjuangan bagi mereka.
Apakah menulis bisa
memperbaiki generasi remaja saat ini?
Pasti ada. Apalagi kalo kita hubungkan dengan tabiat kita sebagai Muslim. Bukankah Imam Hasan pernah
bilang, nahnu du'at qabla kulli
syai'in... kami ini adalah para penyeru sebelum jadi apapun? Nah, saat kita ngaku jadi penulis maka
sebelumnya, kita kudu nyadar bahwa kita
ini adalah Muslim yang punya kewajiban jadi
penyeru. Tentu, yang diserukan itu adalah Islam. Trus, kita juga kan dah tahu, Islam itu adalah diinulah yang
diturunkan tuk ngatur hidup manusia.
Jadi, saat kita tahu bahwa hidup manusia kini dah carut marut, termasuk kehidupan para remajanya
maka untuk ngubah itu semua, kita
menyerukan Islam sebagai solusinya. So,
kalo kita mo jadi penulis maka jadilah penyeru Islam. Ringkasnya begini, jadilah penyeru Islam
dengan menulis. Tuh, nyambung kan?
Kondisi remaja kini yang dah jauh dari Islam dapat kita perbaiki dengan mengajak mereka memahami
Islam dengan benar melalui tulisan yang
kita buat. Istilahnya, berdakwah melalui tulisan.
Bagaimana kondisi
dakwah dalam tulis menulis?
Saya kira sudah cukup lumayanlah, saya lihat nyaris tiap
hari, ada saja para penulis baru ato
penulis muda yang berkarya di media massa.
Di antara mereka pun dah ada yang berani mengusung ide-ide Islam sebagai arus
utamanya. Bahkan, kalo kita mo jujur, setiap jama'ah dakwah ato juga komunitas Muslim, kini
dah punya media opini yang dikelola
secara profesional. Ini bisa jadi salah satu parameter seberapa gebyar dakwah Islam telah
diterima masyarakat. Namun, kalo bicara
soal dakwah Islam ideologis, saya kira
kita harus lebih berpacu lagi. Masih banyak PR yang harus kita benahi lagi.
Bisa berbagai
motivasi agar terus semangat menulis ?
Rahasianya, ya? Saya telah jatuh cinta. Maksudnya gini, gak dibayar pun, saya dah suka nulis, apalagi
dibayar secara profesional. Jadi, emang
karena saya dah mencintai aktivitas nulis ini hingga bisa terus eksis sampe kini. Apalagi
saya juga doyan baca sejak kecil, jadi
saya butuh sarana penyalurannya, yaitu dengan nulis. Fakta juga membuktikan bahwa para
penulis adalah mereka yang terkategori
maniak buku ato pembaca buku yang paling lahap. Saya sendiri, tiap pekan selalu saja dapet
buku-buku baru, makanya tempat-tempat
favorit saya adalah toko buku, book fair, lapak buku bekas dan perpustakaan! Terus, pada banyak forum kepenulisan, saya
juga sering ditanya soal beginian, apa
motif saya hingga mo jadi penulis? Saya bilang,
motif saya ada tiga; cinta, aktualisasi diri dan kasbul ma'isyah. Hehehe... di awal tadi dah dibilang
juga, kan?
Apa pesan untuk para
driser ?
Hehehe... kek mo segera mati aja, ada pesan-pesan ato wasiat segala. Pesan apaan, ya? Ah ya, D'Riser
ini kan mayoritas para remaja, kan, ya?
Kalo gitu, saya pengen ngutip pernyataannya
Imam Muhammad Abu Hamid al-Ghazali yang bilang
bahwa jihadnya anak-anak muda itu adalah membaca dan menulis. Nah, anggap saja baca dan nulis di
sini sebagai medan perang ato arena
pertempuran bagi para D'Riser. Dengan semangat
muda kalian maka berikanlah yang terbaik untuk Islam dan umatnya demi memenangkan peperangan
menghabisi kekufuran dan kemungkaran.
Hehehe... jadi inget quote-nya penulis
The Cronicles of Draculesty dan Sabil, deh... Menulis adalah berjuang! Hayo ah, kita berjuang dan
berperang melalui tulisan. Tuh, D Rise
dah siap nampung karya kreatif kalian?!
Tidak ada komentar