"Ust Sabun Mandi" Penebar Inspirasi
julukannya
'Ust. Sabun Mandi'. Salah satu ulama yang dinobatkan sebagai tokoh perubahan
tahun 2010 versi harian Republika. Julukannya yang unik, gak ada hubungannya
dengan produk pembersih badan manapun. Nama aslinya, Ustad Fadzlan. Tokoh agama
asal Papua ini sudah puluhan tahun malang melintang melakukan dakwah di Papua.
Keluar
masuk hutan atau naik turun gunung, sudah menjadi kerjaan sehari-hari dalam menyebarkan agama Islam di sana. Nyawa pun
menjadi taruhannya. Perubahan yang di lakukan melalui pola dakwahnya yang
sederhana, unik, menginspirasi dan penuh simpati. Ia ajarkan masyarakat dengan
peradaban Islam, dari tidak mandi menjadi mandi, dari tidak berpakaian menjadi
berpakaian, dan dari beternak babi menjadi kambing.
Pria
kelahiran Patipi, Fak-Fak, 17 Mei 1969 itu, adalah putra dari pasangan Machmud
Ibnu Abu Bakar Ibnu Husein Ibnu Suar Al-Garamatan dan Siti Rukiah binti Ismail
Ibnu Muhammad Iribaram. Sejak tahun 1985, ia memulai dakwahnya di bumi Papua.
Ustaz Fadhlan , lebih senang menyebut Papua dengan Nuu Waar.
Julukan 'Ust. Sabun Mandi' yang di peroleh
ust. Fadzlan karena telah mengajarkan masyarakat papua yang terbiasa melumuri
seluruh badannya dengan minyak babi untuk menghindari nyamuk dan dingin, untuk
mengunakan sabun sebagai pembersih badannya. Ada cerita lucu. Ketika kepala
suku mengunakan sabun ia berkeliling kampung dengan gelembung sabun di tubuhnya
yang belum di bilas dan teriak kegirangan karena senang dengan bau sabun yang
harum. Menurut beliau kalau di lihat dari sejarah papua, agama yang pertama masuk
itu adalah islam Di Fak-Fak khususnya, terdapat kerajaan Islam pertama di
Papua, dan Ustaz Fadhlan adalah salah seorang generasi kesekian dari kerajaan
Islam itu.
Nenek
moyangnya dulu adalah penguasa kerajaan Islam disana. Dan dulu namanya bukan
papua. Nuu Waar adalah nama pertama untuk Papua, sebelum berubah menjadi Irian Jaya,
dan Papua saat ini. , Nuu Waar dalam bahasa orang Papua, berarti cahaya yang menyimpan rahasia alam. “Papua
dalam bahasa setempat berarti keriting. Karena itu, komunitas Muslim lebih
senang menyebutnya dengan Nuu Waar dibandingkan Irian atau Papua”.
Tantangan
dakwah Ust Fadzlan di negeri cendrawasih ini subhanallah banget deh. Bayangin
aja, untuk mencapai tempat yang dituju, harus berjalan kaki hingga tiga bulan.
Terkadang ada binatang buas juga. Bukan hanya masalah kondisi alam saja tapi
respon penduduk sekitar “Terkadang ada juga yang melemparkan tombak bahkan
panah.
Ya,
itu sudah biasa kami alami. Itu belum seberapa dibandingkan perjuangan
Rasulullah. Beliau bahkan diusir dari negerinya (Makkah), karena ketidaksukaan penduduknya
menerima dakwah Rasul. Namun beliau tetap sabar. Karena itu pula, kami pun
harus sabar,” terangnya. Begitu beratnya tantangan dakwah, tak sedikit beberapa
anggota dai yang dibawa Ustaz Fadhlan memilih kembali pulang.
Mereka
ngeri mendengar berbagai ancaman yang ada. Dengan dakwah simpatinya,
Alhamdulillah, Ustadz Fadzlan telah mengislamkan 221 suku. Jika dikalkulasi,
mungkin sekitar 220 ribu orang Papua pedalaman yang telah memeluk Islam. Kesabarannya
berbuah hasil. Ustadz Fadzlan telah mengembalikan kejayaan Islam di bumi Nuu
war yang selama ini dikenal sebagai sarang misionaris (Kristen).
Driser,
Ust Fadlan menginspirasi kita bahwa seharusnya seorang muslim itu menjadi
trendsetter, bukan follower. Menjadi sosok yang menginspirasi orang lain untuk
berubah menjadi lebih baik melalui jalan dakwah. Sebagai remaja muslim, sudah
saatnya kita menerangi diri kita, lingkungan, keluarga, dan dunia kita dengan
cahaya Islam ditengah kegelapan jahiliyah modern. Karena kita adalah agen perubahan![Ridwan]
Tidak ada komentar