HUKUM MENCACI PENGUASA DZALIM
Wa'alaikumussalam wrwb.
Akhi Ridhwan barakrallahu fika, Islam adalah agama yang
sempurna yang didasari oleh akidah yang
benar serta akhlak yang mulia.
Aisyah pernah mengabarkan
bahwa,“Rasulullah SAW bukan orang yg
suka berkata keji, bukan orang yg buruk
perangainya, dan bukan orang yg suka berkeliaran
di pasar. Bukan pula orang yg membalas
kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi
orang yg suka memaafkan dan melupakan
kesalahan orang lain.” (HR Ahmad).
Tidak ada bagi seorang muslim teladan yang lebih baik ketimbang Rasulullah SAW, karena
Allah telah menyatakan dalam Al-Qur'an “Sungguh telah ada pada diri Rasullah suri teladan yang baik bagi kalian”. Dari hadits yang diceritakan oleh Aisyah diatas dapat difahami bahwa Rasullah tidak pernah berkata-kata kasar, kotor dan penuh cacian, sekalipun kepada musuh-musuhnya dari kalangan orang-orang kafir. Oleh karena itu tidak dapat dibenarkan seorang muslim mencaci maki orang lain dengan kata-kata kasar
sekalipun mereka para penguasa yang dzalim
dan diktator.
Karena sebenarnya ucapan dan prilaku itu menunjukkkan perangai dan kepribadian (syakhsiyah) seseorang. Terlebih lagi seorang pengemban dakwah tentu ia akan menjadikan Al-Qur'an dan
As-Sunnah sebagai landasan bagi seluruh
aktifitasnya. Kita bisa belajar dari
sirah Rasulullah SAW. Bagaimana beliau
ketika dicaci maki dan dilempari batu
oleh orang-orang kafir Qurays, hingga
datang malaikat dan menawarkan kepada
beliau “Jika engkau mau maka aku akan
lemparkan gunung uhud kepada kaummu agar
mereka binasa” justru Rasulullah menolaknya, dan bahkan mendoakan kaumnya dengan doa “Allahummahdi qaumi fainnahum la ya'lamun”( Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku karena mereka adalah orang-orang yang
tidak mengetahui”.
Di sisi lain wajar banyak orang mencaci maki penguasanya karena tindakan semena-mena yang dilakukannya, bahkan tidak segan-segan melaknatnya karena bebalnya penguasa yang
tidak peduli dengan nasib rakyatnya,
yang lebih mementingkan kepentingan
dirinya sendiri dan para pemilik modal.
Rasa benci, kesal dan marah sudah menjadi
satu yang kemudian dimunculkan dalam bentuk
kata-kata kasar dan kotor.
Sadarilah wahai saudaraku bahwa apapun yang kita lakukan seharusnya dalam rangka muhasabah(mengoreksi) dan amar makruf nahi munkar, maka seharusnya caranyapun harus
sesuai dengan ajaran Islam, yaitu dengan
ihsan, agar tidak berubah menjadi
penelanjangan aib dan pencitraburukan
terhadap Islam itu sendiri. Ingatlah ketika
Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar berbicara lemah lembut kepada Fir'aun;
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
Mudah-mudahan ia ingat atau takut".(QS. Thaha :44) Kita tahu bahwa Fir'aun
adalah manusia yang paling durhaka
kepada Allah, juga seorang penguasa yang
sangat dzalim dan diktator, tetapi Allah tetap memerintahkan kepada Musa dan Harun agar berbicara dengan ucapan yang baik kepadanya. Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa menjaga lisan kita sebagai bukti keimanan kita
kepada Allah dan hari akhir. Aamiin.[]
Tidak ada komentar