R.A.P (remaja anti pacaran)
Reportase kali ini D'Rise mencoba menebar kuisioner hanya kepada Rkaum cowok tentang Kampanye Anti Pacaran. Alasannya karena ingin memberikan sesuatu yang beda ajah buat D'Riser. Plus sekalian, biar D'Riser nggak anggap bahwa D'Rise ini terlalu girly. Narasumber
pertama namanya Dimitri Ramadhan.
Umurnya 22 tahun dan sekarang masih
sibuk kuliah di S1-Manajemen, STIE Ekuitas. Saat D'Rise meminta pandangannya mengenai fenomena pacaran, dia mengungkapkan: “Sah-sah saja… Dimi setuju terhadap hubungan pacaran.
Tapi dilihat dulu bagaimana
hubungan tersebut. Kalau hubungannya
sudah kelewat batas kayak pasangan suami
istri, ya jangan. Ini tidak hanya
menyoroti seks bebas, tapi yang lainnya
juga. Seperti psikologi hubungan yang
kelewat posesif, atau sampai menimbulkan
dampak melawan ortu..dll. Dimi lebih
setuju pacaran ala ortu kita dulu.
Datang ke rumah maen catur sama ayahnya..
Wkwkwk!” Lain lagi dengan pendapat Negishikun
(22 tahun). Dia adalah salah seorang
kontributor buletin Revolution Break
(www.liberationmovement.co.cc).
“Menurut pengalaman saya, kebetulan pernah pacaran waktu SMA sebelum ngaji, ya gitu, rugi! Sambil jalan pacaran saya mikir juga, sebenernya tujuan pacaran itu apa… Akhirnya, yang didapet malah nihil. Banyak yang bilang pacaran itu biar kenal satu sama lain, biar kalau udah nikah nggak canggung, menurut saya sih itu mah salah yah, alasan ajah. Orang yang pacaran malah bisa dibilang nggak konsisten. Kenapa? Pas pacaran entah si cowok or cewek bilang aku sayang banget sama kamu, eh nggak tahunya putus, terus ntar pacaran lagi, bilang lagi sama pacarnya yang baru aku sayang banget sama kamu, terus putus lagi, pacaran lagi, bilang gitu lagi… Terus intinya lo sebenernya suka sama siapa?! Pacaran banyak ngebo'ongnya.
Yah..ngerti lah yang pacaran, hahai! Pacaran bikin doku tipis, masih pacaran udah ngekang-ngekang, nikah ajah belom, siapa lo?! Udah gitu ngabisin banyak waktu. Dari pada pacaran mending belajar deh! Kerasa nanti kalau udah mau cari kerja, cari istri, sayang waktu remaja kebuang cuma buat hal-hal yang sia-sia. Jadi mending putusin ajah pacarnya. Nih kayak saya, berani mutusin pacar dan ngejomblo dari SMA :D” Muhamad
Awaludin dari UNAS Pasim juga mau ikut
komentar. “Bagi saya nggak penting
banget pacaran itu. Kalau emang suka
sama lawan jenis mending langsung
dikhitbah ajah (ngajak nikah). Nggak
perlu mengekspresikannya dengan aktivitas
pacaran. Kalau saya punya pacar, saya
pasti bakal langsung putusin dia.
Apa sulitnya putusin? Kan udah jelas haram. Saya berani mutusin dia dengan memberikan dalil al-Qur'an atau hadits yang menjelaskan keharaman aktivitas pacaran. Lagian kan pacaran budaya Barat!” Nggak beda jauh dengan Awal, Aldi Ikhsan Maulana anak Teknik Informatika El-Rahma Bogor ini juga ngerasa prihatin banget dengan fenomena remaja. Menurut dia pacaran itu perkara yang sia-sia, jadi lebih baik mikirin hal yang jauh lebih penting ajah dari pada pacaran, yaitu mempersiapkan masa depan.
D'Rise sempat tanya, apakah dia setuju dengan Kampanye Anti Pacaran? Lalu Aldi menjawab: “Setuju! Tapi sebanyak dan sekeras apa pun kita kampanye anti pacaran nggak akan berpengaruh besar. Kampanye itu bagian dari dakwah. Dan dakwah yang paling efektif ya dari negara.” Ahsan Hakim nggak mau
kalah ngasih pendapatnya tentang Kampanye Anti Pacaran. Anak Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya/Pendidikan Islam ini, terang-terangan bilang bahwa cinta remaja yang identik dengan pacaran itu, tentu karena mereka tidak mengenal atau menyadari aturan pergaulan dalam Islam; lebih-lebih yang terkena sindrom hedonistik budaya Amrik.
“Kalau ada yang menyatakan
pacaran sebagai ritual wajib remaja, itu
bid'ah dholalah. Sesat sesesat sesatnya.
Sedikit cerita. Kemarin pas perayaan
tahun baru di Surabaya, banyak pesta
esek-eseknya! Kecil-kecil tuuh kaya
bisul saya, eeh maksudnya kebanyakan
masih SMP-SMA yang jadi korbannya. Itu
beritanya banyak. Kacau ah! Kuwatir
ALLAH nimpahin bencana aja dan kita-kita
kena imbasnya sebagaimana dinyatakan dalam Al-Anfaal: 25.
Udah, panas-panasin tuh buat kampanye anti-gendaan, eh,
pacaran!” Hmm! Begitulah obral obrol yang
terjadi selama beberapa hari ini dengan
anak-anak kampus itu. Khusus untuk
Dimitri yang masih setuju dengan pacaran,
kayaknya kamu mesti kembali menelaah
tafsir surah al-'Isra ayat 32 dan serius
mengkaji Islam agar pemahamanmu nggak
bengkok lagi Dim. Sori brother! Bukan
mojokkin, tapi inilah kebenaran yang
harus disampaikan. Sebab, standar
berbuat itu bukan perasaan,
hukum/adat-istiadat, budaya masyarakat
yang bertentangan dengan Islam,
melainkan hukum Syari'at.
Jadi nggak bisa kalau
Syari'at yang harus ngikutin kemauan
manusia. Ada juga manusia yang harus
ikutin Syari'at. Kalau urusan main catur
sama calon mertua sih boleh ajah. Asal
tadi, cara-cara mendapatkan anaknya
harus menempuh jalan yang benar dan
dihalalkan ALLAH. Wuiiih! Kereeeeen! So, udahlaaaah! Nggak jaman buat mempertahankan status pacaran yang malah makin bikin kamu kian hitam. Tekadkan sekarang juga untuk menolak pacaran, dan menjadi aktivis dakwah Islam yang memberikan teladan yang baik dan bermanfaat untuk umat! Waktu kita terlalu berharga kawan! Ambil peranmu untuk menjadi yang terdepan dalam beramal! Remaja anti pacaran? Ya itu, saya! Say: “Fight!” [Hikari
Tidak ada komentar